Minggu, 28 Juli 2013

Identifikasi Senyawa Kimia pada Daun Pegagan


A.                       Perolehannya

Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional (herbal) telah lama dilakukan, sejak adanya manusia di bumi. Ramuan tradisional merupakan budaya tradisi pengobatan dengan tumbuhan yang bermanfaat untuk kesehatan yang telah diturunkan secara turun-temurun dari nenek moyang suatu suku bangsa. Ramuan perlu digali kembali dan dilestarikan untuk kemandirian masyarakat dalam kesehatan. Tanaman obat asli Indonesia perlu dilestarikan sebagai aset bangsa.
Dengan semakin banyak orang beralih ke pengobatan tradisional, terlebih penggunaan tanaman obat, penelitian mengenai tanaman obat pun terus dilakukan. Semakin banyak tanaman yang deteliti, baik kandungan dan manfaatnya. Selain itu, pengolahan atau penggunaanya pun tidak terbatas dikonsumsi secara segar, tetapi beberapa tanaman telah diambil ekstraknya atau diolah menjadi kapsul, krem, salep, dan sebagainya.
Salah satu jenis tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan yaitu pegagan (Centella asiatica). Tanaman ini pantas dikembangkan karena banyak manfaatnya. Salah satu manfaatnya yaitu dapat merangsang syaraf memori sehingga dapat digunakan sebagai pengganti Ginko biloba yang telah dikenal sebagai perangsang syaraf memori. Keunggulan pegagan dibandingkan Ginko biloba yaitu tanaman pegagan merupakan tanaman Indonesia sehingga mudah diperoleh dan dikembangkan, sedangkan bahan tanaman Ginko biloba perlu diimpor. Dengan demikian, obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kelupaan seseorang akan lebih murah bila menggunakan bahan pegagan. (Dra.Lucie Widowati, M.Si)
Penelitian mengenai manfaat pegagan sebagai perangasang syaraf memori telah dilakukan pada tikus. Tikus yang diberi ekstrak pegagan ternyata setelah 14 hari daya ingatnya 3-60 kali lebih baik dibandingkan tidak diberi pegagan.
Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa organik yang terdapat pada tanaman pegagan, seperti identifikasi senyawa alkaloid, senyawa flavonoid, senyawa steroid/terpenoid dan seidentifikasi saponin sehingga dari sana dapat diketahui khasiat dari tanaman pegagan tersebut.


Pegagan, mungkin nama asing bagi sebagian orang. Namun, nama ini tidak asing bagi pengobat tradisional atau masyarakat desa. Tanaman yang tumbuh liar ini mempunyai banyak manfaat dan kegunaan.

 Gambar 1. Pegagan


Tanaman pegagan merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun kebun. Tanaman ini berasal dari Asia Tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Cina, Jepang, dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Oleh karenanya, pegagan mudah dijumpai dan mudah tumbuh di berbagai tempat di Indonesia.
Sejak zaman Sansekerta, pegagan telah digunakan untuk obat kulit, gangguan syaraf, dan memperbaiki peredaran darah. Di Jawa Barat, pegagan banyak tumbuh di perkebunan atau di pekarangan. Masyarakat Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman lalap. Di perkebunan sendiri pegagan digunakan sebagai penutup tanah. (Endah Lasmadiwati : 2003)


Di Indonesia, penyebaran pegagan sangat luas, terbukti dari banyaknya nama yang melekat pada tanaman ini. Penamaan tersebut tentu sesuai dengan daerahnya. Namun, dalam kalangan ilmiah pegagan mempunyai nama Centella asiatica dengan susunan klasifikasi sebagai berikut.
Divisi               : Spermatophyta
Sub-divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Umbillales
Famili              : Umbilliferae (Apiaceae)
Genus              : Centella
Spesie              : Centella asiatica (L.) Urban, Hydrocotyle asiatica Linn.
Nama umum                : pegagan, daun kaki kuda, antanan
Nama daerah               : pegaga (Aceh); pegago (Minangkabau)
;daun kaki kuda (Melayu)
; pegagan (Jakarta)
; antanan gede, antanan rambat (Sunda)
; gagan-gagan, gangganan, kerok batok, panegowang, rending, calingan rambat (Jawa)
; kos tekosan, gan gagan (Madura)
; taidah (Bali); belele (Sasak, Nusa Tenggara)
; kelai lere (Sawo, Nusa Tenggara)
; wisu-wisu, pegaga (Makassar)
; daun tungke-tungke, cipubalawo (Bugis)
; hisu-hisu (Aselayar, Sulawesi)
; sarowati, kori-kori (Halmahera)
; kolotidi manora (Ternate)
; dogauke, gogauke, sandanan (Irian).
Nama asing                 : broken copper coin, button grass, small-leaved horsehoof grass, Indian pennywort, asya stasi, brahmi, marsh penny, white rot, buabok (Inggris); indische waternavel, paardevoet (Belanda)
; gotu kola (India)
; ji xue cao (Cina)

Nama simplisia            : Centella Herba (herba pegagan).
(http//enprint.undip.ac.id)


Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah.


Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak tumbuh di daerah bebatuan, kering, dan terbuka. Pegagan tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek).
Stolon, batang yang menjalar di dalam tanah, berwarna agak kemerahan sehingga pegagan ini dikenal sebagai pegagan merah. Setiap buku mempunyai banyak percabangan, 3-4 percabangan.
Daun tumbuh dari setiap buku berupa daun tunggal secara roset. Terdapat 2-10 daun di setiap buku. Tangkai daun mempunyai panjang 5-15 cm, warna hijau muda. Helaian daun berbentuk seperti ginjal, tapi berombak bergerigi, berwarna hijau kekuningan, diameter 1-7 cm. Permukaan kadang berambut, kaku, dan kasar. Tulang daun menjari.
Akar keluar di setiap buku sehingga setiap buku dapat dipotong untuk perbanyakan tanaman. Akar pegagan merupakan akar tunggang, berwarna putih, panjang sekitar 10 cm.
Bunga muncul di ketiak daun, dapat berupa bunga payung dengan warna putih atau kemerahan. Tangkai bunga pendek. Buah berupa buah buni, bentuknya lonjong atau pipih, berwarna hijau lalu menjadi cokelat, tumbuh menggantung, berukuran kecil atau panjangnya 2-2,5 mm. Buah berbau agak harum, tetapi rasanya pahit.


Pegagan hijau banyak dijumpai di sawah atau di sela-sela rumput. Tempat yang disukai yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi. Disebut juga pegagan hijau karena stolonnya berwarna hijau, sedangkan disebut antanan sawah karena banyak dijumpai di sawah. Pegagan hijau berukuran lebih panjang, sekitar 10-15 cm. Helaian daun juga berbentuk ginjal, tapi bergerigi, berwarna hijau tua (hijau segar). Permukaan daun terasa lebih lemas dan tipis dibandingkan daun pegagan merah.

Gambar 2. Pegagan hijau


Pegagan ini dapat digunakan sebagai penghias kolam karena dapat hidup di air selain sosoknya yang cukup menarik. Sosoknya besar, daun berbentuk bulat dengan tangkai daun di bagian tengah. Permukaan helaian daun licin. Tepi daun bergelombang. Pegagan ini juga mempunyai stolon yang panjang dan di setiap buku tumbuh akar dan daun.


Sosoknya mirip pegagan hijau, hanya bentuk helaian daunnya hampir bulat dengan kedua ujung yang tumpang tindih. Permukaan daun agak bergelombang. Bunganya berwarna ungu dan berukuran cukup besar sehingga menarik untuk dijadikan tanaman hias Oleh karena itu, tanaman ini disebut antanan kembang. Tanaman ini dapat digunakan untuk ramuan obat mata bengkak, radang paru-paru, rematik, dan kencing terganggu.


Sekilas, patikim mirip dengan pegagan merah. Namun, bila diamati, patikim mempunyai daun yang lebih kecil dan bentuknya hampir bulat serta tepi daun berlekuk. Tangkai daun pendek, sekitar 5-10 cm, sehingga tampak menutupi tanah. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan ramuan ini yaitu kudis, asma, batuk, dan kencing kurang lancer.


Di sebut antanan gunung karena hanya hidup di dataran tinggi (pegunungan). Sosok antanan gunung mirip pegagan merah karena stolon berwarna agak kemerahan. Daunnya merupakan daun majemuk, berbentuk ginjal. Tumbuh secara menjalar dengan stolon. 
(Herminati : 2003)

A.                       Kandungannya

Penggunaan pegagan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan. Di Cina, ribuan tahun yang lalu pegagan telah dimanfaatkan sebagai obat. Berhasilnya pengobatan menggunakan pegagan sebagai salah satu bahannya disebabkan adanya kandungan senyawa organik dalam pegagan tersebut.
Pegagan yang simplisianya disebut Centella Herba mengandung asiaticoside, thankuniside, isonthankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine (campuran dammar dan minyak terbang), tanin, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
Kandungan triterpenoid pegagan dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar, memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental menjadi yang lebih baik. Asiaticoside berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, jaringan ikat, menstimulasi sel darah dan sistem imun serta merupakan salah satu jenis antibiotik alami.

Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar, kulit batang, daun, bunga, dan biji, dan sedikit pada hewan.
Pengguanaan tumbuhan sebagai obat berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dll.


Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek faalinya tidak sedehana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.


Gambar 3. Struktur senyawa nikotin


Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Di samping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda khas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai 4 fungsi, yaitu:
         Sebagai pigmen warna
         Fungsi fifiologi dan patologi
         Aktivitas farmakologi
         Flavonoid dalam makanan
Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glioksida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas darah, dll. Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepressant, diuretik, dll.


Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H­6 (unit isoprena), yang bergabung secara head o tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu, senyawa terpen lazim disebut isoprenoid. Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid).
Contoh:

Gambar 4. Struktur senyawa terpen

Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas:
         Monoterpen ( 2 unit isoprena)
         Seskiterpena ( 3 unit isoprena)
         Diterpena ( 4 unit isoprena)
         Triterpena ( 5 unit isoprena)
         Tetraterpena ( 8 unit isoprena)
         Politerpena ( banyak unit isoprena)


Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai 4 cincin terpadu. Senyawa-senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur adalah suatu steroid. Hormon janin disebut androgen dan hormon betina esterogen, dan hormon kehamilan progestin.


Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organic yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari 2 kelompok: saponin triterpenoid dan saponin steroid.
Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencucu kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
(Tim Kimia Organik : 2010)


A.                       Khasiatnya

Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan, berfungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, antibakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi, dan stimulan. Selain itu juga, pegagan berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
(Setropeloh : 2009)
Adanya kandungan asiatikosida, riboflavin, dan niacin membuat pegagan berfungsi sebagai antiinflamasi sehingga dapat diolah menjadi bahan baku salep untuk mengobati luka. Karena berfungsi sebagai antibiotik dan antiinflamasi maka pegagan juga berfungsi sebagai antibakteri sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat radang (antiradang).
(http://www.depkes.go.id.index)
Manfaat pegagan lainnya yaitu untuk pengobatan sariawan mulut (afthae), kusta (lepra), infeksi saluran kencing, susah kencing, lever bengkak, mata merah bengkak, campak, tekanan darah tinggi, penyakit kulit, sakit perut (maag), radang usus, batuk, asma dan bronchitis, peluruh air seni, obat kumur, borok atau luka, ambeien, demam, sakit kepala, menambah nafsu makan, amandel, cacingan, dan kesemutan. Pegagan juga meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki, mencegah varises dan salah urat, meningkatkan daya ingat, mental, dan stamina tubuh serta menurunkan gejala stress dan depresi.
(Fendi R Paimin : 2001)


Kebanyakan pegagan dikonsumsi segar, tetapi ada yang dikeringkan untuk dijadikan teh, diambil ekstraknya untuk dibuat kapsul, atau diolah menjadi krem, salep, obat jerawat, maupun body lotion. Cara pengolahannya sebagai berikut.


            Pegagan yang telah dipanen dibersihkan dari kotoran dan tanah. Setelah bersih, pegagan dapat dikonsumsi sebagai lalap maupun direbus, lalu airnya diminum.


Pegagan yang tidak langsung dimanfaatkan atau digunakan dapat diawetkan dengan cara dikeringkan. Cara pengeringan sebaiknya dengan diangin-anginkan, jangan di bawah matahari langsung karena dapat merusak fisik dan kandungan pegagan. Setelah kering, bahan dapat dikemas atau disimpan dalam plastik.


Pegagan dapat dikeringkan dan dibuat teh sehingga dapat dikonsumsi setiap hari seperti layaknya minum air teh biasa. Cara pembuatannya sebagai berikut.
         Pegagan yang telah dipanen diambil daunnya saja, lalu dicuci hingga bersih.
         Setelah bersih, daun pegagan dikering-anginkan, jangan dikeringkan dibawah matahari langsung.
         Oven atau sangrai sebentar daun pegagan yang telah kering.
         Untuk menambah aroma, dapat dicampur dengan melati dan jeruk nipis. Sementara untuk menambah rasa hangat dapat dicampur dengan jahe. Melati, jeruk nipis, dan potongan jahe dikering-anginkan, lalu dioven.
(Endah Lasmadiwati : 2002)


Kegunaan dan manfaat  pegagan sebenarnya telah lama diketahui, tetapi pengetahuan tersebut tidak secara optimal disebarluaskan dan digunakan. Apabila semakin banyak masyarakat mengetahui pegagan dapat digunakan untuk berbagai manfaat, masyarakat tentu dapat menggunakan secara optimal dan penggunaan obat kimia dapat dihindari. Seperti diketahui bahwa pengobatan dengan menggunakan obat kimia memang lebih ampuh, tetapi umumnya mempunyai efek samping. Berikut beberapa contoh ramuan yang dapat dibuat dari tanaman pegagan.


Pegagan 2 gram direbus dalam 3 gelas air hingga hanya tersisa 2 gelas air. Minum 2 kali sehari 1 gelas. Selain itu, dapat pula mengonsumsi kapsul ekstrak pegagan sebanyak 2x3 kapsul. Minum teh daun pegagan sebanyak 1 sendok teh yang diseduh dalam 1 gelas air mendidih. Lakukan ini setiap hari, pagi dan sore.


Bahan:
         Pegagan segar ½ genggam atau kering ¼ genggam
         Wortel ukuran sedang 1 buah
Cara pembuatan:
         Parut wortel, tambahkan air rebusan pegagan kering ½ sendok makan. Minum 1 kali sehari selama 1 bulan.



Bahan:
         Pegagan segar 1 genggam atau kering ½ genggam, potong-potong
         Temulawak segar 7 iris
         Brotowali 2 jari, potong-potong
         Air 4 gelas
Cara pembuatan:
         Setelah semua bahan dicuci dan dopotong-potong, rebus dalam air dengan api kecil hingga air menyusut setengahnya. Lalu didihkan sebentar. Setelah dingin, saring dan minum sehari 3 kali ½ gelas.


Pegagan dikonsumsi sebagai lalap, boleh setiap makan atau sehari sekali.


Pegagan dilumatkan dan ditempelkan di bagian yang sakit.
Bahan:
         Pegagan segar ½ genggam
         Batang brotowali 1 jari
         Temulawak sebesar telur ayam
         Gula aren atau madu untuk pemanis
Cara pembuatan:
         Bahan dicuci hinga bersih lalu dipotong-potong. Rebus bahan tersebut dalam 3 gelas air hingga menjadi 1,5 gelas. Minum air rebusan sehari 3 kali sebanyak ½ gelas. Untuk menghilangkan rasa pahit dapat digunakan gula aren atau madu.


Bahan:
         Pegagan segar 1 genggam
         Herba meniran 3 batang
         Lengkuas merah 2 jari
         Temulawak sebesar telur ayam
Cara pembuatan:
         Lengkuas dicuci bersih lalu dimemarkan. Pegagan, meniran, dan lengkuas direbus dalam 5 gelas air hingga air tersisa 3 gelas. Setelah disaring, air rebusan diminum 3 kali sebanyak ½ gelas setelah makan. Lakukan pengobatan ini selama 2 minggu. Bila terjadi perubahan yang membaik, ulangi pengobatan 2 minggu berturut-turut hingga Hb naik dan badan segar. Selain minum ramuan tersebut, sebaiknya penderita banyak mengonsumsi buah segar dan minum jus wortel serta menghindari makanan berfermentasi, seperti tape dan durian.
(R. Broto Sudibyo : 2003)


Ambillah tumbuhan pegagan berikut akarnya sebanyak 5 tanaman. Setelah dibersihkan, potong-potonglah tanaman ini.Masukkan ke dalam wadah berisi secangkir air panas dan didihkan selama 5 menit. Dinginkan airnya, lalu diminum sedikit demi sedikit. Satu cangkir air tersebut dihabiskan untuk sehari.
Ambil 240-600 g pegagan segar dan direbus. Airnya diminum secara rutin.
Ambil tanaman pegagan segar, lumatkan, dan tempelkan ke bagian yang sakit.
Daun pegagan 20 lembar dan ditambah 3 gelas air, direbus sampai menjadi 3/4-nya. Minum air rebusan 3 kali sehari, masing-masing 3/4 gelas.
Petiklah 15-30 g pegagan segar, kunyah hingga lumat. Selain itu, dapat juga direbus dan diminum airnya.


B. Efek Samping
Efek samping konsumsi pegagan jarang ditemukan efek sampingan setelah mengasup pegagan, akan tetapi ada beberapa keluhan sebagai berikut: alergi pada kulit dan kulit terasa panas seperti terbakar (pada pemakaian luar), pusing, perut terasa kurang enak, mual, sakit kepala, dan rasa mengantuk berat pada pemakaian dosis tinggi.


2 komentar:

  1. Yang butuh bibit pegagan darat atau pegagan air silakan hub kami di chasiapro@gmail.com atau 082136712513 Trims Prabowo JOgja

    BalasHapus